Tahukah Anda ketika kita berkata tidak?
Bahwa
dalam hidup ada suatu perbuatan yang sia-sia tapi tak menghasilkan?
Perbuatan itu adalah berusaha untuk selalu berkata “ya” untuk memuaskan
orang lain. Pada kesempatan kali ini, saya akan berbagi sebuah cerita
rakyat dari Eropa yang mengilustrasikan hal ini dengan sangat baik.
Selamat membaca!
Di suatu pagi
hari yang cerah, seorang penggiling tepung dan anaknya pergi untuk
menjual hasil gilingannya ke kota. Anaknya menunggangi keledai
sementara ayahnya berjalan di sisi keledai itu.
Di perjalanan mereka
bertemu dengan seorang dari desa sekitar. Orang itu berkata “Kamu
seharusnya malu dengan dirimu sendiri!” Katanya dengan nada
merendahkan. “Kamu duduk dengan nyamannya sementara ayahmu yang sudah
berumur harus berjalan. kamu tidak punya rasa hormat!” Dengan
malu-malu, sang anak dan ayahnya saling menatap dan bertukar tempat
dengan rasa malu.
Ketika
mereka melanjutkan perjalanan, seorang tua menghardik mereka. Katanya
“Bagaimana kamu ini? Duduk dengan nyamannya di atas keledai sementara
anakmu kesulitan mengikutimu. Lihat!” Akhirnya sang ayah memutuskan
untuk menunggangi keledai itu bersama dan melanjutkan perjalanan.
Tak
lama kemudian, datanglah seorang wanita dari arah sebaliknya. Dia juga
menemukan kesalahan pada pengaturan tersebut. “Aku tak pernah melihat
kekejaman seperti ini! Kalian berdua terlalu berat untuk keledai yang
malang tersebut. Dasar pemalas! Akan lebih pantas bila kalian berdua
yang membawa keledai itu dan hasil gilinganmu.”
Karena
tak ingin mengecewakan wanita itu, sang ayah memerintahkan anaknya
untuk mengikat kedua kaki keledai tersebut. Sementara ia memotong
sebuah batang yang panjang dan kuat untuk membawanya. Mereka berdua
kemudian meyisipkan batang tersebut diantara kaki-kaki keledai yang
kini sudah terikat. Mereka membawanya seperti orang suku yang baru
mendapatkan tangkapan dan melanjutkan perjalanannya ke kota.
Ketika
mereka menyebrangi sungai, keledai mereka ketakutan melihat pantulan
dirinya di air sungai yang belum pernah dilihat sebelumnya. Keledai itu
mulai meronta-ronta dengan sangat kencang dan menyebabkan kedua
pemiliknya kehilangan kesimbangan dan melepaskan pegangan mereka.
Keledai
itu terjatuh ke sungai dan tidak bisa berbuat apa-apa karena masih
terikat. Singkat kata, keledai itu mati terseret arus air dan
tenggelam. Sedangkan kedua pemiliknya hanya melihat dengan pasrah.
Moral of the story:
After a moment of silent reflection, the father turned to the boy and
spoke: “Son, we learned a valuable lesson today. We learned that when
you try to satisfy everyone, you end up losing your ass*.”
Moral
dari cerita: Setelah terdiam dan merenung beberapa saat, sang ayah
berpaling ke anaknya dan berkata: Nak, kita mendapat pelajaran berharga
hari ini. Kita belajar bahwa; ketika kamu berusaha untuk memuaskan
semua orang, kamu akan merugikan diri sendiri.”
Karena
kita semua ingin disukai, kita berusaha untuk memuaskan. Bila tidak
dikendalikan, kebutuhan kita untuk diterima oleh orang sekitar dapat
menempatkan kita pada misi yang tidak berkesudahan dan sia-sia.
Biasanya hal ini ditemui ketika kita menolong seseorang secara terpaksa
karena rasa “nggak enak lah!”
Hal ini seringkali menjadi penghalang kita dalam mencapai tujuan atau goal pribadi
Ketidakmampuan
untuk berkata “tidak!” adalah salah satu penyebab maraknya
penyalahgunaan narkoba, dan minuman keras. Jadi, apa yang Anda tunggu
lagi? Bila Anda melakukan sesatu dengan terpaksa dan rasa tidak enak
hati, angkat gagang telpon Anda dan katakkan “tidak” sekarang juga!