AMERIKA, HALUAN — Pesawat ruang
angkasa Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Messenger, telah melihat
es yang melimpah di Merkurius. Tentu ini penemuan yang menarik, sebab
Merkurius merupakan planet terdekat dengan matahari.
Suhu di Merkurius bisa mencapai 800 derajat Fahrenheit
atau 427 derajat Celsius. Tetapi di sekitar kutub utara planet itu, di
daerah permanen yang terlindung dari panas matahari, pesawat ruang
angkasa Messenger milik NASA menemukan campuran air beku dan kemungkinan
materi organik.
Bukti es yang besar terlihat di lintang 85 derajat
utara sebelum kutub utara planet Merkurius, dengan lapisan yang lebih
kecil tersebar sejauh 65 derajat utara.
Gregory Neumann, ilmuwan instrumen Messenger NASA di
Goddard Space Flight Center di Maryland, AS, mengatakan penemuan
tersebut menyebabkan NASA akan mengarahkan pengamatan pesawat ruang
angkasa Messenger terhadap daerah itu dalam beberapa bulan mendatang.
Lebih tepatnya, saat sudut yang memungkinkan pencahayaan dari matahari
menghasilkan gambar yang lebih baik.
“Ada misi yang sedang berlangsung, saat pesawat ruang
angkasa memungkinkan untuk melihat lebih jauh ke utara,” kata Neumann,
penulis utama dari salah satu tiga studi Merkurius di jurnal “Science”
edisi 29 November 2012.
Para peneliti juga percaya bahwa kutub selatan
Merkurius memiliki es. Namun, orbit Messenger tidak memungkinkan
untuk memperoleh penglihatan yang lebih luas dari wilayah tersebut.
Messenger akan terbang spiral lebih dekat ke Merkurius
pada 2014 dan 2015, mengingat pesawat ini kehabisan bahan bakar dan
terganggu oleh gravitasi matahari dan Merkurius. Pesawat ruang angkasa
ini akan memudahkan peneliti melihat lebih dekat es itu. Sehingga
para peneliti mengetahui seberapa banyak es di planet tersebut.
Spekulasi tentang es di Merkurius muncul lebih dari 20
tahun lalu. Pada 1991, astronom menembakkan sinyal radar ke Merkurius
dan menerima hasil yang kemungkinan menunjukkan ada es di kedua kutub.
Hal ini diperkuat saat dilakukan pengukuran pada 1999, yang menggunakan
sorotan radio teleksop Arecibo Observatorymicrowave di Puerto Rico
yang lebih kuat.
Radar kembali menyoroti kutub melalui New Mexico Array
Very Large, sebuah kompleks observatorium astronomi radio yang
menunjukkan daerah putih yang diduga peneliti adalah es.
Sebuah pemandangan yang lebih dekat, tentunya
memerlukan sebuah pesawat ruang angkasa. Pesawat ruang angkasa
Messenger kemudian menetap ke orbit Merkurius pada Maret 2011, setelah
beberapa flybys (sejenis misi penerbangan pesawat ruang angkasa)
diluncurkan.
Selanjutnya, NASA menggunakan laser pengukur tinggi
untuk menyelidiki kutub di planet itu. Tapi kekuatan cahaya laser
tersebut lemah, hanya cukup kuat untuk membedakan daerah es terang dari
sekitar regolith (lapisan longgar material heterogen meliputi batuan
padat) Merkurius.
Saat itu, Neumann mengatakan “hasilnya membuat penasaran”. Karena ada beberapa titik terang dalam kawah.
Materi Organik
Neuman ingat bahwa anggota tim John Cavanaugh cukup
yakin apa yang mereka temukan. Cavanaugh telah menjadi bagian dari tim
Lunar Reconnaissance Orbiter (LSO) NASA dan ia telah melihat pola aneh
yang sama di bulan milik Bumi saat LRO menemukan es di kutub bulan Bumi
pada 2009.
Pemanasan cahaya di Merkurius akan mencampur hampir
semua es dengan sekitar regolith. Serta ada kemungkinan material organik
yang menempel ke planet berkat komet dan asteroid yang kaya es.
“Jadi, apa yang Anda lihat adalah fakta bahwa air es
tidak dapat bertahan hidup tanpa batas di lokasi tersebut. Karena suhu
tampaknya melonjak,” kata Neumann.
Messenger menggunakan neutron spektrometer untuk
mengukur zat cair, yang merupakan komponen besar di es. Tetapi profil
temperatur tiba-tiba menunjukkan kondisi gelap, material mudah menguap
yang bercampur dengan es. Kondisi ini sama dengan iklim di mana organik
bertahan hidup.
“Ini sangat menarik. Anda mencari bahan-bahan yang cerah
dan Anda melihat hal-hal gelap. Astaga, ini adalah sesuatu yang baru,”
kata Neumann.
Material organik merupakan “unsur kehidupan”, meskipun material tersebut
tidak selalu mengarah pada adanya bukti kehidupan itu
sendiri. Sementara beberapa ilmuwan berpikir komet yang memuat material
organik mencetuskan teori terbentuknya kehidupan di Bumi.
Kehadiran organik juga dicurigai pada tempat di mana
udara tidak dapat masuk, seperti Pluto. Para ilmuwan mengatakan komet
membawa sedikit organik yang menabrak planet lain seringkali terjadi
selama sejarah tata surya.
Para peneliti saat ini bekerja untuk menentukan apakah
mereka memang melihat organik di Merkurius. Menurut paper Neumann,
sejauh ini, para peneliti menduga air es Merkurius dilapisi dengan
4-inci atau 10 cm “material isolasi thermal”.
Penentuan tersebut akan memakan waktu studi lebih lanjut
untuk mengetahui apa materi tersebut. Namun Neumann mengatakan kurva
temperatur awal bisa menunjukkan material organik seperti asam amino.
Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak
dipelajari. Karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme,
yaitu sebagai penyusun protein. (h/spc/vvn)
|
Penemuan NASA Es di Planet Paling Dekat Matahari
Posted on by in
Label:
INTERNASIONAL